Perkebunan Sawit: Menguntungkan atau Merugikan??

Pernah suatu waktu saya melakukan perjalanan ke Kuayan. Rute yang saya tempuh dari Sampit ke Kuayan melalui jalur barat, yaitu dari jalan Jend. Sudirman (jln. Sampit-Pangkalan Bun) km. 107 masuk ke arah utara. Saya tidak terlalu tahu nama daerah dan tempat yang saya lalui. Bermodal "GPS' alami, saya nekat menembus jalur hamparan perkebunan sawit yang luasnya ratusan ribu hektar. Jangan dibayangkan mudah, mengingat jalur yang saya lewati berupa perkebunan. Bentuk pola jalan perkebunan 1-2 jam perjalanan (dari km 107) masih dapat diprediksi dengan pola kotak-kotak yang di setiap perempatannya terdapat patok bertuliskan abjad dan angka penunjuk blok perkebunan. Selebihnya pola jalanan perkebunan lebih rumit lagi karena sudah tidak berupa blok-blok berbentuk kotak lagi melainkan berupa jalanan yang mengikuti kontur landscape yang berupa bukit. Jalanan naik turun berkelok sehingga cukup memusingkan saya mematok arah mata angin untuk menuju arah tujuan. Perjalanan ke Kuayan saya tempuh dalam 5 jam.

Memang harus ekstra hati-hati melewati jalur perkebunan yang didominasi tanah. Jalanan perkebunan bukan jalanan umum sehingga harus benar-benar waspada terhadap apapun yang dihadapi. Wilayah jalan yang ada dibawah perawatan perkebunan sawit biasanya sudah ditimbun dengan tanah laterit sehingga kondisi jalanan lebih aman dilewati daripada jalan tanah biasa, terutama saat kondisi basah saat hujan maupun setelah hujan.

Keluar dari wilayah perkebunan kondisi jalanan membuat saya harus lebih ekstra hati-hati lagi. Terlebih lagi di beberapa titik kondisi tanahnya basah setelah hujan. Sempat terpeleset 3 kali melewati jalanan tanah basah dan tergenang air. Padahal kecepatan motor saya waktu itu tidak lebih dari 20 km/h saat melewatinya.

Terlepas dari kondisi jalanan, saat berkelana tadi saya melihat banyak sekali penebangan hutan yang terjadi. Tujuan pastinya pembukaan lahan saya tidak tahu pasti, tapi dapat saya simpulkan itu untuk membuka lahan baru perkebunan sawit.

Berdirinya perkebunan sawit selalu menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja dan pembukaan akses infrastruktur daerah tertinggal (remote area) sehingga kegiatan perekonomian di daerah yang tadinya tidak ada menjadi ada. Terbukanya akses jalan menuju area pedalaman Kalimantan berkat andil dari perusahaan-perusahan penebangan dan perusahaan sawit. Efeknya diantaranya yaitu menimbulkan geliat ekonomi, akses pendidikan merambah daerah dikarenakan banyak dibuka sekolah dibawah naungan yayasan perekebunan sawit, dll. Pemerintah daerah yang menaungi wilayah perkebunan juga mendapatkan pemasukan yang tidak sedikit, asalkan tidak masuk kantong pribadi saja seharusnya hanya dari sewa lahan perkebunan Pemkab bisa memperbaiki infrastruktur wilayahnya dengan mudah.

Di sisi yang lain berdampak negatif pada kelestarian lingkungan. Jangan remehkan efek negatif pada lingkungan. Walaupun negatifnya hanya satu tetapi efek yang dirasakan akan berdampak secara laten dan masif pada kemudian hari. Bukan kita yang merasakan, tetapi anak cucu generasi penerus kita yang merasakan. Terlebih lagi dampak yang dihasilkan tidak bisa ditanggulangi secara instan. Jika efek kerusakan lingkungan sudah terjadi, untuk mengembalikannya perlu proses waktu panjang sampai beberapa generasi, sama seperti proses rusaknya.

Saya cuma bisa menyajikan tulisan ini dengan sederhana dan apa adanya. Silahkan para pembaca menilai sendiri dengan sudut pandang masing-masing. Secara pribadi jika saya diwajibkan mengomentari (perkebunan sawit dan kondisi hutan), saya belum bisa menjawab dengan pasti apakah setuju atau tidak.

Berikut ini saya sertakan sebagian foto perjalanan kami.


























Terima kasih sudah membaca.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Perkebunan Sawit: Menguntungkan atau Merugikan??"

Post a Comment